Satu Hari Mipo Si Mayfly
Matahari pagi bersinar cerah menyapa seluruh penghuni hutan di Pulau Matuli. Namun di pinggir sungai di hutan, terdengar suara hewan yang sepertinya sedang cemas. Di situ Mipo terlihat sangat murung. Ia terbang memutari bunga sambil menggumam, “Dimana kawananku?”
Melihat sikapnya, Luna si kupu-kupu yang berada di bunga lain segera menghampiri. Luna tahu Mipo sedang bingung mencari kawanannya. “Sebelum matahari terbit, tadi aku melihat kawananmu terbang ke arah barat. Kenapa kamu bisa tertinggal?” ucap Luna lembut.
“Aku baru saja menetas. Jadi aku tertinggal oleh kawananku. Terimakasih. Aku akan segera pergi,” sahut Mipo.
Setelah berpamitan, Mipo bergegas terbang ke arah yang ditunjukkan Luna. Ia harus segera bertemu dengan kawanannya, jika tidak maka hidupnya akan sia-sia.
Mipo adalah seekor mayfly. Ia termasuk jenis serangga bersayap. Hidupnya di dunia kurang dari 24 jam. Walaupun cuma hidup sehari, mayfly membawa misi yang besar. Mayfly harus melakukan tarian air bersama kawanannya serta mengeluarkan telur yang ada di perutnya. Itulah tugas dari Tuhan untuk para mayfly.
Matahari sudah tepat di atas langit, namun Mipo masih belum bertemu kawanannya. Mipo berteduh sejenak di bawah pohon. Tiba-tiba dia mendengar suara seekor hewan. Ternyata ada seekor semut yang sedang kesulitan.
“Tolong! Tolooong!” Teriak seekor semut yang tertindih batu.
Mipo segera menolong semut itu. Ia menarik semut agar bisa terlepas dari bawah batu. Akhirnya semut berhasil keluar. Semut yang bernama Lupi itu berterimakasih pada Mipo. Ia juga menunjukkan kepada Mipo kemana arah para mayfly terbang.
“Aku tadi melihat mereka pergi menuju ke arah Sungai Biru. Ikutilah jalan setapak ini, nanti kau bisa sampai sana,” ujar Lupi.
Setelah berterimakasih dan berpamitan, Mipo kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini Mipo terbang lebih cepat. Matahari makin condong ke barat, namun ia masih belum bisa menemukan kawanannya. Mipo sudah nampak kelelahan. Badannya mulai terhuyung-huyung.
Bruuk!
“Aduuuh!” pekik seekor lebah dan Mipo bersamaan. Mereka terguling jatuh ke tanah. Mipo tak sengaja menabrak lebah yang sedang membawa madu.
“Maafkan aku lebah, aku tidak sengaja. Aku tadi kecapekan lalu tiba-tiba terjatuh.” Mipo meminta maaf dengan tulus.
“Iya, tak apa-apa. Jika kau lelah, minumlah madu ini!” Bian si lebah baik hati memberikan madunya pada Mipo. Segera Mipo meminum madu untuk mengisi kembali tenaganya. Mipo sangat berterima kasih atas kemurahan hati Bian.
Saat hendak terbang lagi, Bian merasa sakit. Ternyata sayapnya terluka karena terjatuh tadi. Bian tidak dapat mengantar madu ke sarang. Mipo merasa iba. Ia putuskan untuk membantu Bian.
“Dimana sarangmu? Aku akan mengantarmu.” ujar Mipo menawarkan bantuan.
“Bukankah mayfly sepertimu hanya hidup di dunia sehari saja? Jika kau menolongku, aku khawatir kau tidak bisa menemui kawananmu tepat waktu.”
“Tidak apa-apa. Aku senang, jika hidupku yang sehari ini bisa bermanfaat untuk hewan lainnya,” balas Mipo sembari tersenyum.
Mipo dan Bian terbang bersama menuju sarang lebah. Bian berterimakasih karena Mipo mau membantunya. Namun, matahari sudah tenggelam. Sudah tidak banyak lagi waktu yang tersisa. Mipo hampir putus asa. Tapi dia tetap harus menolong Bian. Ia tak bisa membiarkan temannya kesulitan.
Sesampainya di sarang lebah, Mipo bertemu banyak lebah pekerja. Mereka memberi tahu Mipo kemana kawanan mayfly pergi. “Lihatlah pohon yang paling besar itu! Di sebelah pohon itu, ada Sungai Biru yang indah. Ke sana kawanan Mayfly terbang,” tutur lebah pekerja yang paling tua.
Segera setelah berpamitan dengan Bian dan lebah lainnya, Mipo terbang dengan cepat. Ia bergegas menemui kawanannya. Pohon itu sangat besar, sehingga Mipo dengan mudah menemukannya. Setibanya ia di sebuah pohon besar, ia melihat kawanan mayfly berkumpul di sana. Mereka menarikan tarian di atas permukaan air sungai.
Mipo sangat bahagia. Ia akhirnya bisa menemukan kawanannya. Segera ia turut dalam barisan untuk menari. Para mayfly menari dengan sangat indah. Sayap-sayapnya berliuk mengikuti angin malam. Di akhir tarian, para mayfly melepaskan telurnya ke permukaan air. Begitu pun dengan Mipo. Ekornya ia letakkan di permukaan air untuk mengeluarkan telur yang ada di perutnya. Tugas Mipo di dunia telah selesai. Ia berhasil bertemu dengan kawanannya, menarikan tarian air, dan bertelur dengan selamat. Berhasilnya tugas Mipo berarti pertanda bahwa telah berakhir juga hidupnya di dunia.
Seperti itulah hidup Mipo si mayfly. Ia hanya hidup kurang dari 24 jam. Meski begitu, Mipo sangat bahagia. Karena di satu hari hidupnya, ia bisa membantu banyak hewan sekaligus bisa menyelesaikan misinya sebagai seekor mayfly.
Comments
Post a Comment